Friday, April 13, 2012

H O P E


H O P E
satu kata yang terdiri dari 4 hurup.
Dari kata rangkaian hurup ini, semua orang tau bahwa mereka bisa bersandar padanya
dari kata ini, seseorang bisa terus bertahan dalam keadaan apapun
dan dengan kata ini juga
betapa seseorang bisa sengsara dan merana.
ya, sebuah kata yang berarti ‘harapan’, adalah sesuatu yang membuat kita bisa bangkit lagi dari keadaan apapun yang tengah merugikan atau membuat kita sulit. Harapan juga adalah sesuatu yang kita gantungkan setinggi yang kita inginkan, agar suatu saat dapat terwujud. Setiap manusia di bumi ini, saya yakin, setidaknya pasti punya paling tidak satu harapan.

Seorang gadis kecil di jalanan yang kelaparan berharap esok pagi ia terbangun dan dapat sepotong roti.
Seorang penjual kaki lima berharap dagangannya hari ini laris
seorang pianis berharap esok ia dapat menguasai lagu yang lebih sulit dari hari ini
seorang penari berharap ia bisa menang kontes tari
seorang pelajar berharap suatu saat ia bisa menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter
Semua orang berhak untuk punya harapan..
Termasuk ketika dia punya seseorang yang disukai, dikagumi, disayangi,, well terserahlah apa namanya. Harapan itu muncul ketika dirasa bahwa seseorang itu dapat diandalkan dan penuh dengan perhatian. Mungkin orang itu dengan tepat membuat diri kita merasa berharga dan diistimewakan. Saya yakin, semua orang di dunia ini sangat senang kalau di istimewakan oleh orang lain. Begitu juga saat kita merasa bahwa dia, bisa mewakili semua rasa yang ada pada kita. Harapan itu absrak, tapi juga bisa diwujudkan secara nyata. Saat seseorang yang kita nilai untuk bisa dijadikan pegangan dan sandaran dikala kita terpuruk, maka harapan itu akan muncul dengan sendirinya, ya.. harapan untuk terus bersama dia.
Beberapa orang (biasanya cewek) akan terlanjur memelihara harapan yang seperti itu terhadap seorang yang dekat dengannya. Baik itu persahabatan, pertemanan, bahkan untuk seorang laki-laki. Saya tidak menyangkal bahwa saya juga merasa seperti itu. Mungkin beberapa dari kita menolak untuk mengakuinya, tapi sebenarnya hal itu tidak bisa kita sembunyikan, walau seberapa inginnya kita untuk pergi dari harapan itu. Kita tak bisa membiarkannya diri kita “biasa aja” kalau seseorang itu terus seolah-olah memberikan kita tempat yang aman untuk berbagi cerita dan pengalaman. Semuanya akan lebih sulit lagi kalau seseorang yang kita harapkan itu membuat kita bahagia. Ya, akan terasa sangat sulit, untuk kita terus berusaha memelihara harapan itu. Kenapa sulit? bukankah harusnya akan memudahkan kita untuk mewujudkan harapan itu menjadi kenyataan?
pada kenyataannya terkadang  memang SULIT
sulit karena (kembali lagi ke quote klasik) bahwa tidak semua yang kita inginkan menjadi kenyataan
dan keadaan ini menyakitkan, saat orang itu pergi untuk orang lain.
Itu nyata dan mungkin saja terjadi bagi setiap orang yang terlanjur menaruh harapan dan bermimpi akan mewujudkannya.
Seseorang yang kita sayangi, yang bukan keluarga kandung kita (artinya bisa orang lain yang jaaauuuh dari kita sebelumnya) bisa saja sangat mempengaruhi diri kita, dalam memandang sesuatu yang ‘bahagia’ dan ‘menyenangkan’ dalam perspektif yang sama. Ini akan memunculkan sebuah stimulus yang akan meningkatkan kedekatan kita dengan orang itu. Apapun bentuknya, mau kakak-adek, mau sahabatan, mau pacaran, atau bahkan cuma teman tapi mesra (hahaa jadul betul istilahnya). Harapan itu ADA, dan muncul seiring dengan waktu yang kita habiskan bersama. Juga ditambah lagi dengan frekuensi kita bertemu.
Bayangkan, akan sangat menyedihkan (dan merasa tidak berharganya) saat kita menyadari dan mengetahui bahwa HARAPAN itu hanya HARAPAN KOSONG semata. Ya, sekali lagi, akan sangat mungkin hal ini terjadi pada setiap orang yang menggantungkan harapan. Kita barusan menyadari bahwa apa yang kita rasakan selama ini hanya SALAH PERSEPSI (biasanya alasan ini yang digunakan ‘orang yang kita harapkan itu’ saat dia ingin membuat ‘batasan keistimewaan’ pada kita).  Saya ingin bilang, bahwa semua bisa saja terjadi, walaupun mungkin menurut kita bahwa orang itu “PAS” buat kita. Sesuatu yang membahagiakan suatu saat bisa jadi yang paling menyakitkan buat kita. Sebaliknya, sesuatu yang tak kita inginkan, bisa menjadi harapan yang sangat berarti untuk hidup kita.
lalu sebuah pertanyaan muncul : Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap sesuatu yang bernama ‘harapan’ ini?
well, sebenarnya sederhana saja kok saudara-saudara.. :D
yang sebaiknya kita lakukan adalah berharap pada apa yang mungkin, dan melepaskan apa yang memang tidak mungkin.
boleh saja kita menaruh harapan, tapi sebaiknya tidak sampai menenggelamkan kita pada kesedihan (dalam kasus jika harapan itu memang benar-benar tidak ada, pupus, sirna, dan tak pernah ada) maka lepaskanlah harapan itu. Itu akan lebih berguna ketimbang kita berpegangan pada tiang yang rapuh, dan menemukan diri kita terpuruk lebih dalam.
Dan tak henti-hentinya saya mempropagandakan pada anda semua, bahwa TETAPLAH BERSEMANGAT untuk membangun harapan baru, tentu saja terlebih dahulu kita bangun itu dalam diri kita. Ya! berharap pada diri sendiri, untuk terus maju dan berdiri tegak. Sekalipun mungkin harapan itu akan kandas dan terjatuh dalam, saya yakin kita akan kembali berdiri dengan harapan baru pada diri kita, untuk terus berharap jadi orang yang lebih kuat :)
Saya sangat tau bahwa ideal dan rill nya di dunia nyata itu sangat kontras. Tapi toh tak ada yang melarang untuk kita terus berusaha. Singkatnya, berharaplah dan terus mengisi hati kita dengan seseorang yang mungkin bisa menjaga dan melindungi  kita, tapi tak perlu memaksa dia untuk terus begitu saat ia butuh untuk pergi dari kita. Mungkin harapan tadi itu akan redup, tapi percayalah ia tak pernah mati. Karena ada suatu saat Allah SWT (yang sebenar-benarnya harapan bagi kita), akan mempertemukan kita dengan orang yang tepat  dan mungkin melalui seseorang inilah harapan itu terus ada…yang memang Dia peruntukkan bagi kita :)
So, berharaplah, dan terus saja menggantungkan harapan pada-Nya ^____^


0 komentar:

Post a Comment